Pages

Friday, January 9, 2015

Hidup Menunggu Maut

Hidup, semuanya tampak menyenangkan tapi juga menyesatkan. Semua tampak hingar bingar ceria, tapi di baliknya penuh luka derita.

Hidup, semuanya begitu mengiurkan semua nampak ingin mencoba menghibur, hingga saatnya kita tercebur ke dalamnya dan telah berlimang dengan salah dan dosa.

Hidup, untuk menunggu maut
Hidup, hingga ajal menjemput
Hidup, untuk bertanggung jawab apa yang telah kita perbuat.

Hidup, kita selalu menuntut
Kita selalu mencari mudah, enggan menengadah, malas soal ibadah, tapi mudah berbuat salah.

Hidup, sudahkah bermanfaat, sudahkah berbuat baik, sudahkah dapat berkat dan rahmat??

Hidup Untuk mati,
Sudahkah kita bersiap, membawa bekal yang kekal, membawa senjata pahala??

Apakah bekalku cukup, apakah ampunanku dapat, hingga bisa selamat.

Kematian terasa begitu dekat, semakin menjerat, dan tak bisa kita menghindar, tak bisa kita lari kalau sang maut telah mengintai.

Waktu, adalah yang kita mohon dengan penuh kerendahan,
Waktu untuk kebaikan, waktu untuk pertobatan, waktu untuk pengampunan,

Tapi apakah waktu itu masih ada, untuk kita tak berbuat dosa?  Untuk kita mengkoleksi pahala, untuk mengumpulkan semua kebaikan?

Semoga kita berlimpah rahmah, penuh amal ibadah, dan kaya pahala. Hingga kita bahagia, mungkin tidak di dunia, tapi kelak di Surga. Tersenyum bangga karena tergolong orang yang mampu menghuninya.

Semoga,
Tidak cukup Surga itu dengan semoga, dengan harapan saja.
Tapi dengan doa, dengan usaha, dengan penuh iman dan taqwa, dengan ibadah sepenuh jiwa.
Bahkan dengan mengiba, bersujud merendahkan diri, memohon kepada sang pencipta.

Semoga, mari kita bersama usaha, berdoa, menengadah, bersujud, untuk bisa melihat surga dan menjadi penghuni kekal di dalamnya.

Amin

Ney
Palembang, Jan 8th, 2015
At 01:40am