Saat kesadaran-ku mulai pulih, aku berusaha bangkit kembali menapaki jalan terjal yang memang akan aku lalui. Aku menguatkan diri, berusaha untuk tidak terjatuh lagi meskipun rintangan yang menghadangku lebih hebat lagi. Aku yakinkan diriku bahwa aku akan mampu melalui apapun untuk bisa melihat senyuman orang-orang yang begitu aku cintai, orang yang telah mampu buatku bediri di atas duri, berani menerobos bara api, atau apapun itu asal kusaksikan senyum mereka.
Entah kekuatan apa yang membangunkanku, tapi apapun itu aku harus tetap berjalan menapaki setiap rintangan yang telah siap menghadang dan merobohkan setiap kekuatan yang coba aku kumpulkan. Setiap kesulitan yang menghalangi kujadikan campuk sakti yang akan menjadikan aku lebih kuat lagi nanti.
Aku hanya ingin senyum kebahagiaan itu, aku hanya ingin melihat tawa yang mampu mengobati setiap luka-ku dan takkan pernah aku biarkan orang alain merebut senyum itu dari mereka. Akan aku lakukan apapun dan kukorbankan apa saja asal bisa terus melihat mereka bahagia tanpa harus merasakan setitik luka.
Semua yang aku lakukan adalah wujud dari perjuangan mewujudkan setiap mimpi yang telah aku bangun selama ini dan tak akan pernah aku biarkan siapapun merusaknya, mungkin aku egois memaksakan apa yang aku inginkan. Tapi, apakah terlalu berlebihan jika aku menginginkan senyum dari setiap orang yang aku sayangi, sesederhana itu tak ada yang lain. Semua luka dan perihZ yang aku rasa tak akan pernah aku pedulikan asal aku mampu mewujudkan apa yang dari dulu aku inginkan, satu senyum kebahagiaan dari orang-orang yang aku sayangi.
Apa yang harus aku banggakan kalau seumur hidupku aku tak bisa mewujudkan itu, akankah aku bisa bahagia bila aku tak bisa meihat bahagia? Apakah aku akan ceria jika tak bisa memberikan satu senyum saja pada mereka?? Apa arti semua yang aku miliki kalau melihat mereka tersakiti???
Kekuatan terbesarku adalah semangat dan dorongan dari mereka untuk terus menapaki setiap jalan terjal yang aku lewati, doa tulus mereka yang selalu mengiringi mampu menghilangkan perihnya setiap duri yang menacap dikaki, dan betapa tak berartinya diri ini jika tak bisa memberi senyum yang telah bertahun-tahun aku nantikan untuk bisa aku berikan supaya tak ada lagi makian, cercaan, dan hinaan. Yang ada hanyalah satu kebanggaan dan senyum kebahagiaan atas sebua keberhasilan. Bukankah itu sama sekali tidaklah berlebihan… bukankah itu yang ingin kita capai meskipun dengan jalan yang berbeda….. melihat senyum dari orang-orang yang kita cintai….
Palembang, August, 31th 2009
By: n3y_th@
No comments:
Post a Comment