Pages

Thursday, February 10, 2011

BISIKAN MIMPI

Dinginya udara malam yang bagaikan pisau tajam yang siap menembus setiap jengkal di tubuhku tak lagi aku hiraukan, Jalanan mulai sepi karena malam beranjak larut. Aku memberanikan diri untuk terus melajukan mobilku menuju jembatan yang paling terkenal di kota Palembang yang membelah sungai musi atau mungkin malahan terkenal di seluruh Indonesia. Semua ini aku lakukan karena mimpi-mimpi aneh yang terus mengusik tidurku belakangan ini, mungkin aku tak akan senekat ini jika tidak mengingat aku terus menerus memimpikan hal yang sama selama 5hari berturut-turut. Besarnya rasa penasaran yang membuatku terus menginjak pedal gas mobilku meskipun terselip juga rasa takut didalam hati.

“kakak tolong aku” suara jeritan dari bocah kecil yang mulai akrap di telingaku, suara itu yang hadir dalam setiap mimpi-mimpi yang memintaku untuk datang kejembatan ini meskipun sedikit takut toh akhirnya akhirnya aku keluar juga dari mobil mendekati sesosok kecil di pinggir jalan.

“kak Eva tolong aku” tiba-tiba saja bulu kuduk-ku berdiri, jantungku berdetak kencang. Siapa anak ini kenapa dia bisa tahu namaku?? Kutepis semua fikiran buruk-ku ketika kulihat sekujur tubuhkunya yang dipenuhi dengan luka memar.

“adek namanya siapa, kenapa malam-malam ada disini, rumahnya dimana??” kataku memberondongnya dengan pertanyaan

“aku juga Eva” jawabnya lugu menampakan kepolosan

“kakak tolong aku, oom itu pasti akan memukuli aku lagi, aku takut” katanya sambil berkaca-kaca dan menarik-narik ujung jacketku.

“kalo gitu adek ikut kakak saja ya….” Gadis kecil yang bernama Eva itu hanya diam saja. Aku meraih dan menggandeng tangannya yang dingin jauh lebih dingin dari udara malam ini.

Hari ini aku sengaja bangun pagi sekali, kusiapkan sarapan sesuatu yang hampir tak pernah aku lakukan selama ini. Aku bermaksud akan membawa Eva kecil kerumah sakit setelah sarapan.

“Eva kecil bangun sayang ayo sarapan, habis itu kita pergi ke dokter” kataku setengah berteriak sambil membuka pintu kamar yang di tempati Eva semalam.

“sayang kamu dimana” teriaku lebih keras lagi begitu aku tak menemukan Eva di kamar bahkan seolah kamar itu tak pernah disentuh sebelumnya, masih rapi dan tidak ada tanda-tanda habis ditempati padahal jelas-jelas semalam aku yang mengantar Eva tidur bahkan aku yang memasangkan selimut padanya.

“teriak-teriak manggil siapa emang cowok elo nginep disini??” Tanya Ratna sahabatku yang sama-sama kontrak di rumah ini “Wadew tumben lu masak”

“Rat, lu liat nggak anak kecil yang nginep dirumah ini semalam?”

“enggak emang ada?” kini giliran Ratna yang bingung mendengar aku bercerita

“ah mungkin dia sudah pulang” bathinku, kutepiskan semua fikiran yang terus berkecamuk dalam benak-ku. Kusambar Koran yang ada di atas meja sementara Ratna asyik menyantap sarapan yang tadinya kusiapkan untuk Eva.

“Telah hilang seorang anak yang bernama EVA PUTRI usia 8 tahun dengan cirri-ciri…..”

setelah kuamati gambar di sampingnya kuurungkan niatku untuk melanjutkan membaca, aku yakin Eva yang di maksud adalah gadis kecil yang semalam aku temui di jembatan ampera. Kuliah sore yang seharusnya membutuhkan kosentrasi exstra karena aku sebentar lagi akan semesteran jadi kacau dan kelas guiding yang di berikan oleh Pak Hasan tak satupun dapat aku terima. Yang ada di benak-ku saat ini hanyalah Eva, aku berfikir keras bagaimana aku bisa bertemu lagi denganya dan membawanya pulang pada kedua orang tua-nya.

“Rat Q plg larut ada urusan”

Sebuah pesan singkat yang aku kirimkan pada Ratna supaya dia tidak cemas mencariku karena selama ini aku tidak pernah pergi sendirian apalagi malam-malam. Aku sudah memutuskan malam ini aku akan mencari Eva kecil di jembatan dimana kami pertama kali bertemu, entah kenapa ada semacam dorongan kuat yang terus menuntunku untuk mencari Eva kecil ada semacam ikatan emosi di antara kami meski baru sekali itu aku bertemu dengan-nya.

Lama sekali aku mondar-mandir di sekeliling jembatan hingga aku tersandar di trotoar jembatan memandangi ombak sungai musi yang kian malam kian besar seperti tekad yang ada dalam diriku untuk terus mencari Eva meski aku belum pernah mengenalnya. Dan semua tekad itu telah mengalahkan semua rasa takut dalam diriku.

“kak Eva cari aku ya…?” kubalikan badanku kutemukan juga apa yang sedari tadi aku cari, kulihat Eva kecil telah berdiri di hadapanku dengan muka pucat, masih sama seperti kemarin malam, tubuhnya di penuhi luka lebam bahkan setiap kemunculanya yang tiba-tiba selalu diikuti dengan bau busuk yang menyengat.

“Eva kamu harus pulang orang tuamu sudah cemas mencari” kataku berusaha membujuknya

“yuk ngapoi malam-malam disini ngomong dewekan hati-hati banyak orang jahat” teriak tukang sate yang kebetulan sedang lewat.

Ini sudah untuk ke-dua kalinya aku di ingatkan oleh orang bahkan tadi ada orang yang menganggap aku gila karena aku bicara sendiri.

“dasar orang gila semua apa mereka tidak melihat aku sedang berbicara pada Eva fikirku dalam hati.

“mereka nggak lihat kak…” tiba-tiba saja bulu kuduk-ku kembali berdiri, Eva kecil yang tadi ada di hadapanku kini tiba-tiba saja lenyap begitu saja tanpa bekas. Tanpa berfikir lagi aku langsung masuk mobil dan pulang. Aku tak peduli lagi melihat tatapan heran Ratna ketika aku sampai dirumah, aku begitu ketakutan sambil berlari masuk kamar.

“jangaaan… Eva…toloooong…”

“Va… bangun Va, Eva…!!!” kulihat Ratna duduk disebelahku tampak sekali kecemasan terbayang jelas di wajahnya

“lu kenapa Va”

Aku sendiri tak tahu apa yang sebenarnya terjadi lagi-lagi untuk kesekian kalinya aku mimpi yang sangat aneh. Aku melihat seorang pemuda sedang menganiaya Eva disebuah rumah kosong dan meskipun aku telah berteriak hingga hampir habis suaraku tapi tetap saja tak ada seorangpun yang mendengarnya.

“crita Va ada apa??” Tanya Ratna sekali lagi

“nggak apa-apa badanku pegal” kucoba untuk menutupi kegalauan di hatiku. Setelah mandi aku baru ingat iklan di Koran yang kemarin aku baca, yah… alamat rumah orang tua Eva.

Jeritan minta tolong Eva yang terus mendengung-dengung ditelingaku yang membuat aku begitu sangat besemangat untuk menemukan dia, kulajukan mobilku menelusuri gang kecil untuk mencari alamat yang di sebutkan di Koran.

“uh sial…!!!”

Tiba-tiba saja mobilku mogok dijalanan yang lumayan sepi, kuamati sekeliling tempat itu tak ada seorangpun juga yang bisa aku mintai pertolongann. Hari yang begitu terik membutku terpaksa berjalan menuju sebuah rumah yang ada di seberang jalan untuh mencari tempat teduh.

“dimana aku melihatnya” fikirku dalam hati , rasanya rumah ini sudah tidak asing lagi dimataku padahal baru sekali inilah aku datang ke daerah ini. Ada keinginan kuat Dalam diriku untuk masuk kedalam, sepertinya rumah ini sudah lama ditinggalkan pemiliknya. Tapi, ada sesuatu yang aneh dirumah ini meskipun aku belum tahu apa tapi aku begitu yakin ada orang yang pernah masuk kerumah kosong baru-baru ini sebelum aku kemari.

“ayuk cari sesuatu”

“ah…ti…tidaaak…” aku agak terkejut ketika ada orang asing yang berdiri tak jauh dariku “mobilku mogok jadi aku berteduh disini”

“oh… kebetulan saya kerja di bengkel mungkin saya bisa sedikit membantu” dan tanpa berfikir lagi kuterima saja tawaran bantuan dari orang asing itu, ternyata tidak lama kemudian mobilku sudah kembali hidup.

“terima kasih ya kak pekenalkan nama saya Eva” kataku sambil mengulurkan tangan, tapi orang asing itu hanya tertegun tampak ada sesuatu kesedihan mendengar aku menyebutkan nama barusan.

“Eva…. Sama seperti nama adik saya, tapi sayang….” Katanya dengan kalimat menggantung “oh…iya saya bucek”

“kenapa??” tanyaku hati-hati

“ adik-ku hilang” ada nada duka yang mendalam ketika bucek bicara.

Agak kaget juga aku mendengar pengakuan Bucek ternyata dia adalah kakak dari gadis kecil yang sedang aku cari. Kuceritakan semua yang aku alami belakangan ini, termasuk semua mimpi-mimpi yang terjadi hingga aku sampai di tempat ini aku juga mengatakan pada Bucek tentang kecurigaanku pada rumah kosong yang aku masuki tadi.

Tanpa sepengetahuan Bucek dan keluarganya kulaporkan hilangnya Eva pada polisi sesuatu yang selama ini tak pernah mereka lakukan.

“saya kawatir pak karena terakhir bertemu Eva seluruh tubuhnya dipenuhi luka memar dia juga mengatakan habis di pukuli oleh seseorang hanya saja belum sempat menyebutkan nama tiba-tiba Eva sudah menghilang” kuceritakan semua yang aku ketahui aku berikan semua informasi sedetail mungkin karena aku sangat ingin Eva cepat ditemukan. Tapi, ketika aku ceritakan tentang mimpi-mimpiku polisi itu malah menertawakan aku katanya aku terlalu mendramatisir keadaan.

Mungkin karena terlalu capek hingga malam itu aku tertidur begitu nyeyak.

“hentikan…!! Jangan…!!!”

Seperti biasa mimpi-mimpi aneh itu kembali mengusik tidur malamku, terlihat begitu mengerikan seorang pria bertubuh kekar tengah memukuli tubuh Eva kecil tanpa menghiraukan jeritan minta tolong yang keluar dari mulut gadis kecil itu. Kulihat jam di kamarku hampir pukul 01:00 dini hari aku tak bisa memejamkan mataku lagi, tiba-tiba saja kau seperti mendengar suara Eva diluar.

“kakak antar aku pulang” dan benar saja begitu kubuka pintu Eva sudah berdiri disana.

“Evaaaa….” Kataku agak sedikit terkejut bagaimana bisa Eva sampai kerumah ini malam-malam begini. Tapi tanpa berfikir panjang lagi kuiyakan keinginan-nya, kulihat sekilas kamar Ratna aku bermaksud mengajaknya supaya bisa menemaniku mengantar Eva pulang. Tapi melihatnya tertidur begitu pulas tak tega rasanya untuk mengganggu dan membangunkan dia.

Kujalankan mobil lumayan kencang tapi begitu sampai dirumah aneh itu Eva memintaku untuk merhenti, dia bilang ada barang miliknya yang tertinggal disitu saat main tadi siang. Bahkan dia merengek dan setengah memaksaku untuk mengantarkan masuk kedalam.

“besok aja ya kita ambil” bujuk-ku karena mengerikan sekali malam-malam begini masuk kedalam rumah kosong

“kalau besok pasti sudah diambil oom itu” meskipun aku tak begitu faham apa maksud dari omongan Eva toh pada akhirnya aku menuruti juga mengantarkan dia masuk meskipun dengan dihantui perasaan takut. Aku merasa sangat lain tidak seperti saat aku masuk kesini kemarin siang. Kulihat tetesan darah di lantai hingga menuju kebelakang rumah, disana ada gundukan kecil dan di atasnya ada sebuah benda berkilauan dan itu ternyata adalah cincin milik Eva.

“makasih ya kak udah nganter Eva pulang”

Aku baru saja berkedip ketika tiba-tiba Eva sudah hilang dari hadapanku dan itu cukup membuatku ketakutan setengah mati. Aku kumpulkan semua tenaga yang masih tersisa untuk berlari meninggalkan tempat aneh dan mengerikan itu hingga sayup-sayup kudengar percakapan dari 2 orang pria yang masuk kedalam rumah. Kuurungkan niatku keluar aku bersembunyi dibalik dinding, penasaran sekali aku kenapa ada orang yang tengah malam begini masuk kedalam rumah kosong.

“kita harus cepat-cepat menghilangkan bukti ebelum polisi mencium jejak kita”

sayup-sayup kudengarkan pembicaraan mereka. Ini pasti ada hubungan dengan hilangnya Eva kecil yang mengajakku kesini. Langsung saja kukeluarkan ponsel yang selalu ada di kantongku.

“kalau Bucek tahu kita memperkosa adiknyo lokak kito dibunuhnyo”

banyak sekali yang mereka bicarakan memakai bahasa palembang yang aku sendiri tidak begitu mengerti. Ternyata merekalah yang menculik dan memperksa Eva. Aku mengendao-endap bergegas pergi sebelum mereka berdua menyadari kehadiranku. Begitu sampai di tempat aman segera aku telpon Bucek aku tak ingin menunda semua ini sampai besok, langsung saja kuajak dia ke kantor polisi. Bucek kebingungan di sepanjang jalan ke kantor polisi aku terus-menerus menangis tanpa mau berkata apapun. Aku memang tidak mengenal Eva secara pribadi tapi mendengar pengakuan 2 pria tadi yang berkata telah memperkosa dan menganiaya Eva aku tidak sanggup lagi menyembunyikan kesedihanku. Betapa kejamnya 2 orang tak beradap itu telah dengan tega menganiaya bocah kecil yang tak berdaya.

“benar dugaan saya pak, mereka menculik Eva” kataku sambil mengeluarkan ponsel sementara bucek yang sedari tadi mengikutiku kian kebingungan mendengarkan semua penjelasanku. Aku segera menunjukkan hasil rekamanku di rumah kosong tadi sambil terisak menangis.

“ya Tuhan….!!!”

Teriak Bucek teriak histeris setelah melihat rekaman itu

“ternyata Rico & Ega tak kusangka” tampak jelas sekali kemarahan di wajah Bucek yang kemudian pergi tanpa berkata apapun lagi kepadaku.

Matahari begitu terik hiruk pikuk laju kendaraan yang sangat menggangguku tidur nyenyak-ku, mungkin ini tidur ternyenyak dan terindah yang kurasakan setelah semua masalah aneh yang aku alami beberapa hari terakhir.

“Va baca deh… ternyata anak hilang itu udah ditemukan”

“sini” segera saja kusambar Koran pagi yang sedang di baca Ratna

“Eva Putri gadis kecil berumur 8 tahun ditemukan meninggal dunia setelah hilang selama 1minggu dari rumah, pelaku mengaku memperkosa korban terlebih dahulu sebelun akhirnya menghabisi nya….”

Aku tak percaya dengan semua ini, bagaimana mungkin ini terjadi lalu siapa yang selama ini menemui aku dan mengajak aku kerumah itu kemarin malam, bahkan aku ajak menginap disini…..

“ya Tuhan….”

Tiba-tiba saja pandanganku gelap aku tak ingat apa yang terjadi padaku yang aku lihat hanyalah Eva kecil yang begitu tampak cantik sekali mengajakku bermain di suatu taman yang sangat indah sambil mengucapkan terima kasih.

Sayup-sayup kudengar suaru Ratna yang terus-menerus memanggilku. Ketika aku tersadar semua yang aku lihat hanyalah benda putih dan bau obat yang sangat menyengat. Aku melihat Ratna dan Bucek disana.

“aku ada dimana”

“sssstt…kamu di rumah sakit 2 hari ini lu nggak sadar kami semua cemas” jawab Ratna yang sangat kawatir.

“apa Rico sudah tertangkap?”

“sudah dia bunuh diri kemarin di penjara”

“ya Tuhan… berarti…”

yah mungkin yang kulihat tadi adalah pertanda yang ditunjukkan Eva aku seperti melihat Rico berteriak meminta tolong karena dia berada ditengah kobaran api. Mungkin Eva jadi malaikat kecil yang jadi perantara menunjukkan semua kebenaran itu padaku. Dari Buceklah aku tahu kalau ternyata tidak hanya nama kami tapi ternyata tanggal lahir kami-pun juga sama.


By: n3y_th@

2 comments: