Pages

Monday, February 7, 2011

SEANDAINYA (part I)

Entah sudah berapa kali Nilam melirik cincin yang melingkar di jari manis milik seorang gadis cantik yang bebadan tinggi semampai dengan rambut panjang terurai dan mata yang indah, sungguh serasi gaun yang dipakai menambah keelokan tersendiri.

Gadis itu tiada hentinya menebarkan senyum ramah nan menawan kepada setiap tamu yang hadir dalam acara pertunangan-nya, seolah dia ingin membagikan kebahagiaan yang dia rasakan sekarang ini. “Nila sari” nama gadis cantik itu , sungguh suatu kebetulan yang luar biasa dan istimewa jika ternyata nama gadis itu begitu mirif dan nyaris sama dengan nama “Nilam sari”, bedanya tentu saja Nila lebih beruntung dari diriku karena dia berhasil mendapatkan lelaki yang dia cintai, itu yang terfikar di hati Nilam.

Awalnya Nilam menganggap Haris hanya bercanda ketika sore itu dia memberitahu bahwa dirinya akan segera bertunangan dengan Nila, seorang gadis yang dia kenal semasa kuliah dahulu. Nilam berfikir kalo Haris hanya ingin bercanda untuk membuatnya cemburu seperti yang sering dilakukannya dulu. Tapi, sekali ini Haris meyakinkan Nilam.

“Please datang yaaa… Bagaimanapun kamu pernah jadi orang special buatku jadi kali ini kamu harus datang dan mendoakan kami” kata Haris yang kemudian berlalu pergi

memang sudah lama sekali tidak ada hubungan khusus diantara keduanya, bahkan semua itu sudah berakhir bertahun-tahun yang lalu. Meski demikian entah mengapa tiba-tiba Nilam merasa sangat kehilangan, kecewa bahkan sakit ketika dia tahu sosok yang dicintainya, sosok yang dicarinya lebih dari 3tahun untuk bisa menemukan jejaknya setelah menghilang, kini tiba-tiba dia hadir lagi didepan mata dengan kabar mengejutkan bahwa ia akan segera bertunangan. Tapi kenyataan memang tidak selalu seindah yang dibayangkan. Meski berat toh Nilam harus bisa menerima kenyataan bahwa orang yang dicari dan ditunggunya selama ini sebentar lagi akan menjadi bagian hidup dari orang lain. Meski sangat menyakitkan Nilam harus tetap berpura-pura tersenyum di depan Haris, pura-pura ikut bahagia meskipun hatinya menangis.

☻☻☻☻☻


“aku ingin nantangin kalian balapan, gimana berani nggak?!” teriak Ratna sambil memainkan gas motor gede yang dipinjam dari kakaknya. Sudah jadi kebiasaan Ratna dan Nilam setiap malam minggu selalu di habiskan dengan having-fun ikut balapan liar. Apalagi kala keduanya sedang ada masalah maka semakin seringlah hoby itu di salurkan.

“ok!!! Siapa takut?!” jawaban singkat dari cowok diatas motor RG-R yang di tantang Ratna tadi.

Mekipun tak saling mengenal kedua joki motor itu langsung tancap gas beradu kecepatan dan kelincahan serta memamerkan keahlian masing-masing untuk saling mengalahkan bukan karena hadiah tapi semata-mata karena ego dan gengsi masing-masing. Keduanya terus melaju tanpa mempedulikan rambu lalu lintas lagi.

“gimana nyerah aja deh, lo cewek nggak mungkin menang ngalahin cowok” teriak pemuda yang ditantang Ratna tadi sambil membuka helm yang dia pakai, dan tenyata cowok itu benar-benar manis sampai Nilam disikut Ratna karena terus memandanginya.

“nggak usah ya!!!” teriak Ratna lantang.

Tapi setelah beberapa saat kemudian Ratna memang kalah karena di depan banyak polisi lalu lintas maka itu dia mengalah saja daipada harus berurusan dengan polisi lagi untuk kesekian kalinya.

“karena kalian nyerah so boleh dong kita kenalan, namaku Haris dan yang di belakang ini Andi temanku” katanya sambil menunjuk teman yang dibonceng.

“gue Ratna, dan ini teman gue Nilam” kata Ratna setengah berteriak sambil tancap gas langsung pergi.

Keduanya hanya tertawa terbahak sesampainya mereka di rumah. Nilam dan Ratna memang sahabat yang kompak meskipun keduanya wanita tapi kalau sudah urusan motor tiba-tiba saja seolah mereka menjelma jadi sosok lelaki. Dan soal balapan mereka nggak mau kalah sedikitpun dengan cowok.

“la, lo perhatiin nggak siapa tadi lumayan ganteng juga” kmentar Ratna begitu mereka sama-sama dikamar.

“Haris maksud lo”

“yo’a”

Nilam hanya tersenyum dan mencibir sambil menaikkan sebelah alisnya tanda protes mendengar komentar Ratna, karena dia sudah hapal betul apa dan kemana arah pembicaraan Ratna. Pada akhirnya Ratna pasti akan bilang

“udah gebet aja La, lo kan jomblo lagian dia juga jago bawa motor nggak malu-maluin”

itu, itu, itu dan selalu itu yang dikatakan Ratna ketika mereka bertemu dengan lawan balapan yang lumayan tangguh dan juga keren, tentu saja keren menurut pandangan Ratna karena dia punya standart yang lumayan tinggi untuk masalah cowok.

☻☻☻☻☻


“kamuuu…?!?” kata Nilam begitu terkejut sekaligus tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Bagaimana mungkin Haris bisa sampai di gerbang sekolahannya padahal seingatnya semalam dia tidak memberitahukan dimana dia bersekolah.

“kaget ya?! Kebetulan tiap sabtu kuliahku libur jadi aku pulang, lagian kebetulan aku lewat sini jadi apa salahnya kalau aku sekalian jemput kamu pulang?” kata Haris yang sudah langsung menjelaskan secara terperinci tanpa harus diminta.

“kok kamuuu….”

“tadi aku Tanya Ratna” potong Haris sebelum Nilam menyelesaikan kalimatnya.

“so… mau nggak dianter? Gratis kok!! Anggap aja aku tukang ojek pribadi kamu” kata Haris sambil menyodorkan helm dan tersenyum yang menurut Nilam memang lumayan manis.

“iya deh, lumayan ojek gratis” jawab
Nilam sambil meraih helm yang tadi disodorkan Haris

entah sudah berapa lama semenjak pertemuan mereka yang tidak disengaja di jalan raya malam itu. Siapa sangka dari balapan konyol itu keduanya jadi semakin akrab, bahkan Haris yang kuliah dijogja rela tiap hari sabtu pulang Cuma sekedar untuk menjemput Nilam pulang sekolah di solo. Bisa dibayangkan, menempuh perjalanan begitu jauh hanya untuk menjemput pulang sekolah “please dech!!!” itu yang selalu Ratna teriakkan setiap kali tahu Haris jemput Nilam.

“Ris, cariin aku kost di jogja dunk yang nyaman soalnya aku bulan depan harus magang di jogja” rengek Nilam dengan gaya manjanya.

“iya tar, tapi seneng juga sih kita jadi bisa deket dan sering ketemu”

“iya sekalian PDKT lebih lanjut!!! Kenapa kalian nggak jadian aja sekalian” komentar Ratna yang tiba-tiba muncul dari dalam membawakan minuman dingin dan langsung main samba raja kayak petasan.

“maunya sih gitu Rat, tapi Nilam nih susah” protes Haris yang setengah curhat

“tuh La, kebanyakan mikir emang Haris kurang apa coba, Cuma kurang ajar kan” celoteh Ratna sambil tertawa terbaak-bahak.

“bawel lu Rat, masuk sana gih” teria Nilam yang sudah mulai kesal

“iya La, gimana sih hubungan kita” Tanya Haris yang merasa sudah dibukakan jalan oleh kebawelan Ratna tadi.

“gimana yaaaaa….”

“mau aja deh” terik Ratna dari dalam kamar

Nilam yang kebingungan hanya bisa melempar Ratna dengan boneka yang sedari tadi di pegangnya. Memang sebenarnya kalau difikir baik-baik perkataan Ratna ada benarnya, Haris orangnya ramah, baik, care abiiiiz dan yang terpenting rajin ibadah.

“wuiiiiih… kapan lagi aku dapet cowok sebaik ini?!” bathin Nilam alam hati, tapi….

“kasih aku waktu Ris….” Hanya itu jawaban yang mampu keluar dari bibir Nilam. Sementara Haris hanya pasrah dan menunduk lesu.

☻☻☻☻☻

Haris menatap Nilam, keduanya saling beradu pandang meskipun mereka sering jalan bareng dan beberapa kali dinner serta nonton tapi entah kenapa tiba-tiba Nilam jadi gusar malam itu. Nilam merasa gugup kalau Haris sampai menanyakan kembali status hubungan mereka selama ini, Nilam takut tidak bisa menolak dan akhirnya itu hanya akan melukai Haris. Keduanya sudah saling mengenal dan dekat bahkan sering jalan bareng, balapan, makan atau bahkan nonton berdua namun, sttus mereka tidak jelas. Entah ketakutan apa yang membuat Nilam tidak mampu mempertegas hubungan itu meski sebenarnya jauh didasar hatinya juga menyimpan cinta seperti apa yang Haris rasakan kepadanya.

“nilam…kasih aku kepastian please….” Kata Haris setengah memohon

“ahh…a…aku….” Nilam kembali menarik nafas panjang “tidak bisakah kita jalani saja dulu, kasih aku waktu sedikit lagi Ris…” kata Nilam pelan

“tapi sampai kapan La….”

“maafin aku Ris… aku nggak bermaksud unt….”

“sudahlah aku tahu” kata Haris memotong pembicaraan Nilam yang membuat Nilam jadi serba salah

Setelah kejadian itu rasanya sulit sekali menghubungi ataupun menemui Haris. Dia bagaikan hilang ditelan bumi, Nilam maklum kalaupun Haris marah kepadanya dan tidak mau lagi untuk menemui Nilam. Tentu saja Haris merasa kesal sekali atau mungkin juga Haris merasa dirinya hanya di permainkan Nilam. Padahal Nilam punya satu alasan kuat yang tak pernah diketahui oleh siapapun termasuk Ratna sahabat terdekatnya sekalipun. Meskipun jauh didasar hati Nilam sangat bahkan terlalu mencintai Haris sehingga dia melakukan semua itu, semata-mata dia tak ingin Haris kecewa nantinya….

☻☻☻☻☻


3 TAHUN KEMUDIAN

“pokoknya putus ya putus kurang jelas!!” kata Nilam setengah berteriak di teras rumah Ratna. Sementara Ratna yang melihat kejadian itu hanya bisa menggelengkan kepala.

“kenapa lagi La…”

“males aja bosaaan!!” jawab Nilam enteng tanpa perasaan bersalah sedikitpun telah memutuskan pacarnya tanpa alasan yang jelas dan masuk akal. Mungkin kalau Cuma satu atau dua kali Ratna akan maklum tapi ini sudah berkali-kali selalu saja begini.

“sejak kapan lo jadi bosenan gini, Ega, Valen, Randy, Adit dan entah siapa lagi. Kenapa La kurang apa coba mereka ma lo?” Tanya Ratna pelan-pelan karena sedikit banyak Ratna hapal karakter sahabatnya itu. Semenjak Haris tiba-tiba menghilang begitu saja 3tahun yang lalu sedikit demi sedikit sikap Nilam yang dulu lembut juga ikut menghilang. Tentu saja Ratna sebagai sahabat prihatin sekali melihat apa yang terjadi pada Nilam.

“aku kangen dia Rat, aku benar-benar nggak bisa ngelupain dia, aku pengen banget ketemu dia lagi seenggaknya untuk minta maaf”
kata Nilam yang kali ini sambil terisak-isak

“elo masih ingat Haris”

“aku nggak pernah lupa ma dia dan aku juga nggak pernah bisa berhenti mencintainya”

melihat sahabatnya menangis tak ada yang mampu Ratna lakukan kecuali memeluknya Nilam dan berjanji dalam hati untuk membantu Nilan menemukan Haris.

“Rat, ini kan tempat…”

“iya… katanya pengen ketemu dia” potong Ratna yang tahu arah pembicaraan Nilam,mungkin sebagai sahabat hanya ini yang bisa dia lakukannya.

“eh mas, si Haris masih sering kesini nggak, kok sekarang jarang kelihatan kalau boleh tahu kemana ya?” Tanya Ratna pada pemilik warung tenda. Tentu saja Ratna tidak asal bertanya, karena warung ini milik teman Haris dulu Nilam pernah beberapa kali diajak Haris kesini, kata Haris cap cay disini yang paling enak sedunia.

“mbak ini teman Haris tho…” kata mas itu dengan logat jawa yang ramah

“denger-denger sekarang dia di bandung emang mbak ada perlu apa tho”

“ah… enggak Cuma mau Tanya kabar aja, mas punya nomor hp dia nggak” Tanya Ratna

“ohh.. ada mbak, sebentar yaaa”

pemilik warung itu segera masuk kedalam dan tak lama kemudian keluar lagi dengan membawa secarik kertas. Ratna melihat senyum di wajah Nilam, senyum yang sudah hampir 3tahun ini tidak pernah Ratna temukan lagi.

“ini mbak”

☻☻☻☻☻

“gimana La” Tanya Ratna dengan tidak sabar keesokan harinya. Tentu saja sudah bisa di tebak pasti dia akan bertanya apakah Nilam sudah menhubungi Nomor hp yang diberikan pemilik warung itu semalam.
Tapi, melihat wajah Nilam yang cemberut hampir bisa dipastikan kalau Nilam pasti belum bisa menghubungi nomor itu. Dan benar saja Nilam hanya menggelengkan kepalanya.
“nomornya nggak aktif”
“nggak mungkin!! Coba lagi saja mungkin lagi sibuk atau nggak dapat signal” hibur Ratna yang nggak mau melihat sahabatnya kecewa.

Sudah berkali-kali Nilam mencoba dan terus mencoba tapi nomor Haris belum juga aktif hingga akhirnya Nilam hanya bisa pasrah saja dan mulai putus asa, hingga dia dapat sms dari nomor yang nggak dia kenal.

“HAPPY B’DAY GOD BLESS YOU…”

Nilam berusaha keras mengingat nomor siapa itu tapi tetap saja tak tahu begitu juga dengan Ratna.

“lo penasaran banget ya La?! Gampang kok sini hp-nya” kata Ratna sambil mengambil hp dari tangan Nilam yang kemudia sibuk mengutak-atik dan…

“hallo… siapa ini?!” Tanya Ratna jutek ketika dia sudah berhasil menghubungi nomor tadi. Entah apa yang dibicarakan mereka yang jelas tiba-tiba Ratna berubah jadi ramah dan menyerahkan lagi hp tadi ketangan Nilam

“nih nyari lo”

“hallo” kata Nilam perlahan sambil bertanya-tanya penasaan siapa orang ini.

“happy birthday to you… happy birthday to you… happy birthday… happy birthday… happy birthday Nilaaaaam…..”

“Ha…Riiiis….” Kata Nilam terbata-bata tak percaya dengan apa yang baru saja dia alami. Dan tanpa disadari airmata Nilam menetes saking terharunya. Meskipun orang itu belum menyebutkan nama tapi Nilam masih ingat betul kalau itu adalah suara Haris

☻☻☻☻☻

Sebulan setelah tiba-tiba Haris menghubunginya, sejak itu juga keduanya jadi lebih sering berkomunikasi dan hari ini Haris mengajak Nilam ketemuan, mungkin itu yang membuat Nilam dari tadi tersenyum begitu bahagia. Nilam sadar semua tidak seperti dulu lagi, meski Nilam sudah minta maaf toh itu tak akan pernah merubah keadaan Haris sudah punya kehidupan sendiri meski sebenarnya Nilam masih sangat mencintainya dan berharap mereka bisa bersama lagi.

“seandainya saja Lam kamu datang lebih awal, mungkin semua ini akan berbeda… maafin aku ya yang nggak mampu menunggu kamu terlalu lama tanpa kepastian” kata Haris sore itu ketika mereka sudah bertemu di tempat favorite mereka dulu.

“Lam…aku akan bertunangan” katanya lagi dengan nada yang lebih pelan, mungkin dia takut akan melukai hati Nilam. Memang benar sepelan apapun perkataan Haris tapi bagi Nilam itu adalah bunyi petir yang menyambar hatinya.

“bagus dong”jawaban yang tak kalah pelan, jawaban yang dia paksakan keluar dari bibirnya meski dia ingin berteriak sekuat mungkin “JANGAAAAAN!!!”

“namanya Nila Sari teman kuliahku dulu, nggak hanya nama tapi wajahnya, tingkahnya, semuanya mirif sama kamu, karena aku nggak bisa dapetin kamu maka aku pilih dia” kata Haris yang seolah ingin menjelaskan atas rasa penasaran di hati Nilam.

Nilam harus menerima kenyataan sesakit apapun dirinya dan kini didepannya Haris telah bertunangan dengan Nila Sari gadis yang menjadi pilihan hatinya dan tinggal menunggu hari saja hingga mereka berdua resmi jadi suami-istri.

Nilam mencoba memantapkan langkahnya maju kedepan untuk memberikan ucapan selamat dan bagaimanapun Nilam tetap bertekad akan menyampaikan alasan kenapa dia dulu tidak pernah bisa menjawab pertanyaan Haris.

“andaikan saja aku jujur padamu sejak awal bahwa aku perlu waktu sampai operasiku berhasil, mungkin aku tak harus merasa sesedih dan sesakit sekarang ini. Ya… seandainya saja aku bisa bilang sejak awal kalau sebenarnya aku juga mencintaimu atau mungkin malah terlalu mencintaimu hingga aku lakukan semua ini karena aku tak ingin membuatmu kecewa,, tapi semua sudah terlambat sekarang tapi aku akan tetap bilang…. I’ll always love you… maaf!!! Aku harap kamu bahagia bersama Nila… bahagia selalu dan selamanya”

itu bunyi tulisan di kertas yang tadi diselipkan Nilam ketangan Haris saat mereka bersalaman. Nilam mencoba tegar namun gagal, begitu dia membalikan badan dan melangkah keluar, air mata yang sejak tadi disimpannya kini membasahi pipinya menembus benteng pertahanan yang dibangunnya. Tapi sms dari Haris mmaksanya untuk menoleh sekali lagi, sms yang membuatnya tersenyum getir…

“ya…seandainya…seandainya waktu bisa diulang, aku ningin memulainya bersamamu….”



By: n3y_th@

6 comments:

  1. Lumayan..walau alur cerita masih terkesan sempit.kuatnya karakter saang tokoh yang menjadi topik seakan menutupi objek lain untuk di kembangkan,akibatnya ending terlalu mudah di tebak. Chayoooo

    ReplyDelete
  2. GPP bro,,
    Penting usaha,,
    Mow trs nuLis biar ada kemajuan :D
    Thx kritiknya,,
    Saran ke depan gmn neh???

    ReplyDelete
  3. HeLeh mow taw ajaaaaah,,,
    Mentang2 ada soLo - Jogja bkn berarti curcoL duL !!!

    ReplyDelete